Biography of Ibnu Sina | SAS Rania Zalfa 8B




 

Ibnu Sina

Seorang dokter, astronomis, penulis, dan filosofis pada masa emas islam, Bani Abbasiyah 


Ditulis oleh Rania Zalfa Putri Adhikusuma 8B


O1. Biografi

Ibnu Sina atau Avicenna merupakan seorang ilmuwan pada zaman Bani Abbasiyah. Nama aslinya adalah Abu Ali al-Huseyn bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Ia memiliki julukan al-Ra’s yang berartikan puncak gunung pengetahuan. Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar 370 H atau Agustus 980 M, di desa Afsanah, Uzbekistan. Ayahnya bernama Abdullah dan Ibunya bernama Sitarah. Ibu dari Ibnu Sina merupakan seorang yang berasal dari Persia, sehingga saat ia remaja ia sering menulis puisi-puisi menggunakan bahasa Persia.


Ibnu Sina telah menunjukkan kecerdasannya sedari kecil. Ia mempunyai kemampuan analisa yang tajam dan ingatan yang kuat. Orangtua Ibnu Sina pun telah memberikannya pendidikan tingkat tinggi semenjak ia berumur 5 tahun. Saat berusia 5 tahun, ia sudah diberikan pendidikan agama dan logika elementer dan saat berusia 10 tahun Ibnu Sina telah hafal Al-Qur’an. 

Ibnu Sina tidak hanya belajar satu ilmu, namun banyak ilmu. Di usia 16 tahun ia telah mempelajari ilmu agama, teologi, dan filosofi. Ibnu Sina berguru kepada Abu Abdullah An-Naqli untuk belajar Kitab Isaghuji dalam ilmu logika dan berbagai kegiatan Euclides dalam bidang matematika. Ia juga belajar secara otodidak dan menekuni matematika sehingga ia bisa menguasai buku Almagest karangan Ptolemaeus. Karena itulah, soal-soal ilmiah yang tidak bisa dijawab oleh gurunya bisa ia jawab.

Semangat untuk belajar Ibnu Sina tidak berhenti di bidang teologi dan matematika saja, Ia juga mulai mempelajari ilmu kedokteran dengan Abu Manshur Al-Qamari, penulis kitab Al-Hayat Wa al-Maut, dan Abu Sahal Isa bin Yahya al-Jurjani, penulis ensiklopedia kedokteran Al-Kitab Al-Mi’ah Fi Shina’atih Thib. Dalam waktu setengah tahun, ia berhasil menguasai ilmu kedokteran. Ibnu Sina selalu memanfaatkan setiap waktunya untuk mencari hal-hal yang baru dan baik. Ia tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang ia miliki di dunia.

Pada usia 16 tahun, nama Ibnu Sina telah terkenal di berbagai telinga. Ia sering diajak untuk berdiskusi dan bertukar ide tentang penemuan-penemuan dalam bidang kedokteran. Pada usia tersebut, Ibnu Sina juga berhasil menyembuhkan penyakit Sultan Samaniyah, Nuh bin Manshur, sehingga ia diberikan hak untuk menggunakan perpustakaan besar miliki Raja. Ibnu Sina pun membaca seluruh buku yang berada di perpustakaan tersebut, sehingga akhirnya berhasil menguasai semua ilmu yang ada pada masanya. Ibnu Sina mulai menulis karya-karyanya saat memasuki umur 21 tahun. Karya pertamanya berjudul Al-Majmu’u (ikhtisar) yang berisikan berbagai ilmu pengetahuan umum.

Ibnu Sina tidak pernah berhenti membaca serta tidak pernah bosan menulis buku. Dia memang dikenal kuat memikul tanggung jawab ilmuwan dan sering tidak tidur malam hanya karena membaca dan menulis. Selain itu, Ibnu Sina tidak mengambil upah dalam mengobati orang sakit. Bahkan dia banyak bersedekah kepada fakir miskin sampai akhir hayatnya.

Ibnu Sina tidak pernah berhenti untuk belajar, membaca, dan menulis karya-karya. Ibnu Sina tidak pernah meminta upah dalam mengobati orang sakit dan selalu bersedekah kepada fakir miskin hingga akhir hayatnya. Ibnu Sina wafat di Hamdzan, Persia pada tahun 428 H atau 1037 M pada usianya yang ke-58. Ia meninggal dikarenakan mengidap penyakit usus besar. Karya-karya dan pemikiran-pemikiran Ibnu Sina menjadi hal yang monumental. Banyak Ilmuwan-ilmuwan muslim maupun barat yang mengadopsi pengetahuan-pengetahuan miliknya. Lalu akhirnya, pada rangka memperingati 1000 tahun hari kelahirannya, ia dinobatkan sebagai “Father of Doctor” untuk selamanya.


O2. Karya-karya

Ibnu Sina menguasai banyak pengetahuan, namun ia lebih menonjol padang bidang filosofi dan kedokteran. Selama ia hidup, ia telah melahirkan banyak karya-karya monumental yang mendasari dunia kedokteran modern, sehingga dirinya pun disebut sebagai “Bapak Kedokteran”. Karya-karya Ibnu Sina adalah : 

  1. Kitab Qanun fi Al-Tibb (Canon of Medicine)

Kitab ini merupakan karya nya pada bidang kedokteran. Kitab ini berhasil menjadi dasar dari dunia medis Eropa selama kurang lebih 5 abad. Dalam buku ini, telah dituliskan banyak penemuan-penemuan besar Ibnu Sina, seperti penemuan pembuluh darah, fungsi tali pusar bayi, bahan-bahan obat baru, cara pembedahan, dan menemukan pengobatan mental modern yaitu psikoterapi.


  1. Kitab Ash-Shifa’

Kitab ini merupakan karyanya pada bidang filsafat. Kita ini berisikan uraian filsafat dalam berbagai aspek. Karya ini merupakan titik puncak filsafat paripatetik dalam islam. Dalam kitab 13 jilid ini, Ibnu Sina menulis empat bidang yaitu : ketuhanan, fisika, matematika, dan logika. 


  1. Kitab An-Najat

Kitab AN-Najat merupakan ringkasan dari kitab Ash-Shifa’. Kitab ini ditulis untuk para pelajar yang ingin mempelajari ilmu hikmah. Didalamnya juga terdapat beberapa pemikiran Ibnu Sina tentang ilmu jiwa.


  1. Kitab fi Aqsami al-Ulumi’ al-’Aqliyyah

Kitab ini merupakan karyanya pada bidang fisika. Kitab ini dituliskan dengan bahasa Arab dan masih dapat ditemukan pada beberapa perpustakaan di Istanbul.


  1. Kitab Lisanu al-’Arab

Kitab ini merupakan karyanya pada bidang sastra Arab. Kitab ini berjumlah 10 jilid dan merupakan jawaban dari tantangan seorang pujangga sastra bernama Abu Manshur al-Ubba’l di Ishfaha.


  1. Kitab Al-Isharat wa Al-Tanbihat

Sebuah karya Ibnu Sina yang berisikan logika dan hikmah. 


Itulah beberapa karya dari Ibnu Sina, namun dipercayai bahwa ada dua pendapat terhadap karya-karya Ibnu Sina yang lainnya. Yaitu : 

  1. Bahwa karyanya berjumlah 276 buah

  2. Bahwa karyanya berjumlah 99 buah 


Terdapat pula satu buku yang ia tulis dalam bahasa latin yang berjudul De Conglutineation Lagibum, yang membahas tentang asal-usul gunung.


O3. Keteladanan

Ibnu Sina adalah sosok yang pantang menyerah dan ikhlas. Ia tidak mudah puas dengan apa yang ia ketahui, namun ia tetap belajar dan belajar sampai akhir hayatnya. Ibnu Sina tidak pernah mengambil upah dari pengobatan-pengobatan yang ia berikan kepada pasiennya. Semuanya ia lakukan atas nama Allah SWT. Keteladanan Ibnu Sina ini mengajarkan manusia untuk selalu mengejar apa yang diinginkan dan tidak boleh mengerjakan sesuatu demi imbalan, namun dengan ikhlas.


O4. Peneladanan

Setelah mempelajari biografi Ibnu Sina, saya akan tetap terus belajar sampai kapanpun itu. Saya tidak akan berhenti mencoba untuk mencari ilmu sebanyak-banyak dan setinggi-tinggi. Saya juga akan lebih semangat dalam menulis atau membuat karya-karya terhadap bidang yang saya sukai. Selain itu, untuk mencontoh Ibnu Sina, saya akan dengan ikhlas dan sukarela membantu orang yang membutuhkan dengan pengetahuan-[pengetahuan yang saya miliki.


Komentar

Postingan Populer